Rabu, 08 Desember 2010

Menjadi maunusia yang baik?

Oleh: Yuvensius Sijianto
Menjadi manusia yang baik, memang mudah menurut kita. Tapi bagaimana tanggapan orang lain, apakah yang kita lakukan menurut kita baik, baik juga menurut orang lain.
Ternyata pernyataan diatas, sedikit benarnya. Nyatanya kita sudah berusaha menjadi yang terbaik, toh dimata orang lain itu tidak baik.
Kita ambil contoh saja saat kita dalam suatu pekerjaan, kita telah bersusah payah mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang baik dimata teman-teman sekantor dan atasan, masih saja itu belum cukup untuk kita menjadi yang terbaik.
Pertanyaanya, seperti apa menjadi yang terbaik itu?. Kalau kita jujur susah untuk mengukur suatu yang baik itu. Kenapa demikian!. Ya, manusia selalu di isi pikirannya dengan sifat ego, hedonisme, angkuh, serta sifat yang selalu menganggap diri sendiri yang paling baik. Sifat inilah yang akan menghambat sikap kita, untuk tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya. Kita dalam suatu pekerjaan selalu berpacu untuk mencari prestasi, tanpa melihat hati dan perasaan orang lain. Kita main sikap, hantam-hantam dan hantam saja. apapun resikonya, yang penting saya mendapat prestasi, pujian dari atasan sampai-sampai teman pun harus menjadi musuh. Bahkan yang palimg parah kadang dalam satu atap pekerjaan, mausia mengelompokkan diri pada kelompok yang mereka suka, sehingga timbullah kelompok si A, kelompok si B. Hasilnya apa kalau hal tersebut terjadi, timbullah semacam perang dingin diantara kelompok tersebut, sehingga hasil yang dicapai dalam suatu pekerjaan mengarah pada asal-asalan saja.
Lalu bagaimana kita menjadi manusia yang baik?. Menurut saya simpel saja, kita jangan mengikuti blok manapun, tapi mari kita merangkul antara blok yang satu dengan yang lainnya. Karena pada prinsipnya, manusia semuannya ingin menjadi baik dan terbaik, hanya kadang materi telah membutakan mata kita, sehingga kita selingkuh menjadi jahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar